Catatan: Kecuali memang dipakai oleh yang diduga Very Amaruzzaman ketua Timses Black Campaign Airin Rachmi Diany kepada Bunda Marissa Haque karena takut gagal jadi Walikota Tangsel 2010!
OPINI Dudi Rustandi 09 November 2010, 21:15
Sumber: http://agama.kompasiana.com/2010/11/09/dakwah-nyata-marissa-haque-siapakah-yang-usil-ngurusin-payudara-orang-atau-yang-ngurusin-orang-berdakwah/
1 dari 2 Kompasianer menilai Inspiratif. lustrasi dari blog Marissa Haque
Saya selalu menganalogikan ketika dua orang yang sama menghadapi situasi dan kondisi yang sama. Walaupun sama-sama dalam tempat yang sama, namun kedua orang tersebut akan sangat berbeda ketika menyaksikan atau menghadapi satu situasi dan kondisi. Kenapa hal ini terjadi? Dalam ilmu komunikasi disebabkan oleh beberapa hal salah duanya adalah masalah Frame of Reference dan Field of experience, kerangka referensi dan pengalaman lapangan. Masing-masing orang tersebut menghadapi masalah yang sama namun dengan pemecahan masalah yang berbeda-beda. Dengan kata lain ia berkaitan dengan paradigma dan sudut pandang masing-masing yang mendasarkan diri pada kerangka rujukan dan pengalaman lapangan yang berbeda-beda tersebut.
Ribut-ribut masalah curhat Mbak Marissa Haque (Mbak Icha) dalam blognya yang ditujukan kepada Vina Panduwinata dan Memes yang masih menjadi pembicaraan media sampai saat ini, serta wawancara yang tidak berimbang akan kasus ini yang saya saksikan di infotainment dimana seolah-olah Mbak Icha adalah orang yang usil sehingga membuat ia seolah berada dalam posisi yang salah.
Apalagi seorang Penulis tamu secara khusus menuliskan ‘keusilan’ Mbak Icha dengan gaya puisi (Bu Linda Jalil) walaupun disitu tidak ditujukan kepada mbak Icha, namun sangat jelas, di tengah ribut-ribut masalah tersebut, tulisan Bu Linda Jalil di-published. Lagi-lagi saya melihat bahwa Mba Icha dijadikan pesakitan, ia seolah-olah salah dengan mengurusi payudara orang, walaupun ia sendiri barangkali merasa nyaman-nyaman saja ketika ia dianggap usil. Saya ingin melihat dari persfektif yang berbeda, persfektif yang saya gunakan adalah (barangkali) berkaitan dengan pengalaman keberagamaannya.
Pengalaman keberagamaan Mbak Icha. Setiap orang memiliki kerangka rujukan dan pengalaman yang berbeda. Kerangka dan pengalaman ini akan mempengaruhi paradigma dan sudut pandang orang ketika menyikapi sesuatu. Salah satunya adalah terjadi pada Mbak Icha. Walaupun tulisannya disertai emosional, namun hal tersebut sangatlah wajar di mana ia menjadi seorang isteri dari seorang suami yang dicintainya. Namun jika kita baca secara cermat tulisan blognya, saya melihat justeru Mbak Icha sedang melakukan dakwah yang nyata. Ia sedang memperteguh keimanannya. Saya masih ingat salah satu hadits tentang masalah keimanan, dimana substansinya bahwa “jika orang mencegah dengan tangannya ia berada dalam keimanan yang sempurna, jika ia mencegah kemunkaran dengan mulutnya (bicara) ia berada dalam keimanan yang sedang, jika kemunkaran hanya dicegah dengan do’a, itulah selemah-lemahnya iman. Inilah barangkali yang membedakannya dengan kita atau kompasianer yang lain. Pengalamannya dalam mempraktikan agamanya membuat dia peka, wabilkhusus diawali dari keluarganya. Pengalamannya ini mendorong ia memiliki pandangan tersendiri terhadap satu masalah yang sama.
Coba saja perhatikan salah satu pernyataannya yang memberikan gambaran kepada kita bahwa ada lompatan spiritual dalam diri Mbak Icha, semakin berkurang umur ia semakin sadar bahwa ia akan meninggalkan dunia yang fana ini, sehingga hidupnya harus lebih berkualitas dipandang dari sisi agama, salah satunya adalah dengan mengenakan pakaian yang menutup aurat.
"... memang saat lalu gaya hidup kami–Memes maupun saya–memang sangat mirip dan sedikit bebas. Namun dengan berjalannya waktu serta semakin hari kami semuasemakin bau tanah. Ada jurang menganga lebar yang sangat signifikan yang menjadi pembeda dari cara pandang hidup kami. Kini gaya busana dan gaya hidup Memes memang sangat mirip dengan Mama Ina (Vina Panduwinata) didalam memamerkan/sedekah payudara mereka semakin hari saya perhatikan semakin melorot, hingga tinggal seperempat atau sepertiga saja! Padahal payudara mereka diusia 50 tahunan sudah jatuh dan peyot dimakan usia! Semua gambar mereka yang seronok dapat dilihat dalam kapanlagi.com." (perhatikan kalimat yang di bold italic )
Lompatan atau pergeseran spiritual inilah, sebagai kerangka rujukannya, menjadi paradigm yang digunakan oleh Mbak Icha dalam menyikapi sesuatu. Termasuk dalam kasus Ikang-Vina yang ia sebutkan dalam blognya.
Tulisannya yang lain sangat nyata bahwa ia ingin menjaga keluarganya dengan dakwah di lingkungan keluarga terdahulu sebelum ia melakukannya di luar. Dalam blog -nya ia mengatakan:
"... Hari ini, sehari sebelum bulan puasa dibulan Ramadhan, sebelum bersilaturahmi keluar rumah, kami berdua—Ikang Fawzi dan saya—berprinsip agar urusan dalam negeri rumah tangga kami harus beres sebelum dua kali 24 jam. Alhamdulillah worthed! Rekonsiliasi terjadi dan menghasilkan beberapa kesepakatan, antara lain: (1) suamiku harus khatam Al-Quran lagi dibulan suci 2010 ini; (2) harus lebih banyak lagi waktu bersama istrinya terkait dengan pekerjaan kami dimasa datang; (3) tidak ada larangan bersalaman/boleh menyentuh tangan namun tidak berangkulan dan tidak dalam kondisi dirangkul/merangkul; (4) kalau ada penggemar ekstrim/baik yang berjilbab maupun tidak berjilbab minta dicium, secara halus namun tegas wajib diberitahu agar tidak bersedia; (5) setiap ada yang berusaha ‘mendekati’ dengan maksud serius tertentu memberitahu kepada pasangan masing-masing, dan ini berlaku pada Ikang maupun saya; (6) menjaga mata dan hati terutama bila sedang di mall dan tempat terbuka lainnya, agar ‘tidak lapar mata’ melihat ‘daging segar’ yang disedekahkan khusus untuk kaum pria; (7) setiap account FB (Face Book) boleh dibuka dan dicek oleh masing-masing dari kami, dan ini berlaku pada Ikang maupun saya, untuk mengecek teman yang mengajak sex over the cyber; (8) setiap tahu akan berjumpa mantan pacar/mantan calon istri/mantan calon suami wajib memberitahu. Kalau terlanjur ‘bablas’, juga wajib memberitahu serta meminta maaf (9) suami wajib berkurang kesenangannya membuka porn cyber! Kalau mungkin menghilangkannya sama sekali karena kegiatan itu adalah maksiat mata; (10) istri wajib lebih sabar dan berkurang ngomelnya…hehe..."
Pernyataannya ini merupakan bagian dari dakwah yang ia lakukan dalam keluarganya sendiri, tanpa ia berada dalam posisi mengendalikan, namun sama-sama membuat kesepakatan bersama. Selain membuat kesepatakan, ia dan suami juga sepakat menjaga keluarganya tidak hanya dengan ikhtiar namun dengan do’a-do’a yang dapat menjaga mereka dari godaan-godaan yang dapat memecah belah rumah tangga yang ia peroleh dari gurunya.
"... ini sekaligus sebagai ajakannya untuk menjaga mata, karena mata selain dapat menjadi alat bersyukur namun juga bisa sebaliknya. Ini adalah doa tersebut; Mata adalah salah satu indera manusia untuk melihat kebesaran-Nya, namun juga dapat terpeleset merendahkan pemilik yang dititpi karunia penglihatan tersebut. Karenanya bagi para pria dewasa yang ingin menjaga marwah diri dan istri serta seluruh keluarganya, dapat mengamalkan sebanyak-banyaknya setiap hari dari dua (2) buah doa dibawah ini. Doa tersebut sebagai berikut: (1) “Bismillahirrahmanirrahiiiim…Allahuma innia’udzubika min fitnatinnisaa wa lazaabil qabri.” Artinya: Ya Allah, aku berlindung dari fitnah wanita/perempuan dan siksanya azab kubur. dan ketika selesai membasuh/ba’da istinja/ba’da buang hajat besar/kecil: (2)”Bismillahirrahmanirrahiiiim… Allahuma thohor qolbi minannifaqi, wa hassin fajri minal fawaahist.” Artinya: Ya Allah… sucikanlah hatiku dari kemunafikan, peliharalah fajri-ku (vagina bagi perempuan dan penis bagi pria), dari kejahatan nafsu, dan haramkanlah jazadku dari siksa api neraka"
Merujuk kembali pada salah satu hadits di atas, dalam pandangan saya, Mbak Icha sedang memperteguh keimanannya dengan melakukan dakwah. Bahkan jika kita cermati, aktifitasnya hampir selalu berkaitan dengan masalah dakwah. Tentu saja dakwah tidak bisa kita pandang secara sempit hanya dalam masalah agama secara privat saja namun juga secara social, ekonomi, budaya maupun politik.
Lihat saja aktifitasnya, bilapun menjadi bintang iklan, namun ia menjadi bintang iklan yang memiliki kecenderungan Islami seperti kosmetik tanpa bahan pengawet atau alcohol, Ekonomi Syariah, mencegah illegal loging, perang terhadap korupsi, dll.
Dakwah Marissa Haque di Kalangan Kampus
Saya masih teringat ketika akan melaksanakan seminar film dakwah tahun 2001. Saat itu saya menjadi panitia. Walaupun bukan panitia inti, setidaknya saya tahu bagaimana kondisi kepanitian. Saat itu yang menjadi pembicara salah satunya adalah Mba Icha, yang lainnya adalah Chaerul Umam, dan Prof. Deddy Mulyana, Ph.D. Sebagai lembaga mahasiswa saat itu, tentu saja untuk mengundang artis kenamaan seperti mbak Icha bayarannya mahal, apalagi dipadukan dengan pembicara nasional lainnya, sutradara sekelas Chaerul Umam.
Namun di tengah kebingungan panitia, Mbak Icha yang mengerti kondisi kami malah bilang,” Begini saja, coba kontak wardah, minta kerjasama dengan wardah, saya gak minta dibayar, yang penting ada tiket pp, dan tiket itu sendiri nanti dari hasil kerjasama,” ujar mbakIcha. Setelah kami menghubungi wardah, akhirnya kami pun tidak mengeluarkan uang sama sekali untuk mbak Icha, karena tiketpun akhirnya di urus oleh wardah sebagai hasil kerjasama kami dengan wardah. Tentu saja ini menjadi nilai plus mbak Icha dalam rangka Dakwah dalam bidang film saat itu. Di samping ia sendiri rela untuk tidak dibayar, padahal harus jauh-jauh datang ke Bandung.
Dengan perjalanannya tersebut, dan dalam rangka mempertahankan rumah tangganya tersebut, apakah layak ia dikatakan sebagai usil atau ngurusin payudara orang?Bukankah itu dakwah? Siapakah yang usil? Yang ngurusin payudara orang atau yang tidak senang dengan dakwahnya? kita tanyakan saja pada hati nurani, apakah memperlihatkan dada yang sangat terbuka hingga terlihat belahan dada adalah hal yang baik? Ya baik bagi si Imin, tapi tidak baik bagi si Iman.